Wednesday 18 February 2009

Ih, Sombong Sekali

Beberapa waktu yang lalu, aku dicap sombong oleh seorang teman kerja.
Waktu itu, aku hendak pulang kerja. Dari kejauhan kulihat sesosok perempuan. Sepertinya wajahnya mengarah kepadaku. Tapi aku pasang tampang lelah sehabis bekerja. Begitu papasan, dia bilang, "Ih, mbak Ilma sombong! Dari tadi aku senyam-senyum sampe gigi ini dah kering."

Aku yang ga merasa diliatin dan disenyumin cuman bisa bengong beberapa saat, hingga akhirnya bicara, "Maaf, saya 'butaaa'...."

Begitulah, nasib orang yang 'buta' tapi pura-pura bisa melihat dengan jelas.

Pernah juga kejadian, suami kakakku pulang kerja. Dia klaksonin aku dari jauh, tapi berhubung aku rabun jauh, jadi ga merasa dipanggil. Sehingga, cuek-cuek aja.

Sampe di rumah, aku 'dimarahin' habis-habisan sama kakak.

"Kalo jalan itu jangan bengong. Masa tadi Bang Dedi dah klakson, plus manggil, ga nyahut?"

Aku cuman bisa tersenyum. Ya, bener juga sih. Kadang aku kalo jalan, suka mikir sesuatu. Tentang cerpenlah, puisilah, novellah, artikellah, postingan bloglah, Liverpoollah, keluarga di Padanglah, buku yang mau dibelilah, utang-utanglah, perlu atau ga beli baju barulah, apalah... Hhhh.. banyak sekali...

Kakakku yang lain juga protes. Waktu itu mereka ngaku udah dadahin aku bareng anak-anaknya dari jauh. Maksudnya mau nyombong, minjem motor Bang Dedi buat beli bakso. Reaksiku diam, sambil mata tetap menatap lurus ke depan. Udah senja. Loh, apa hubungannya?

Nyampe di rumah, jadi 'bulan-bulanan' lagi. Dan aku cuman ketawa. Kalo diingat sekarang, kenapa waktu itu aku ga pake alasan bahwa aku ga liat karena 'buta' ya?

Hhhh... hikmah cerita, jadilah dirimu apa adanya. Kalo mata sakit, pake kacamata. Kenapa aku ga mau pake kacamata? Alasannya sederhana, males. Soalnya, ga sembuh-sembuh juga. Mending kaga usah pake aja...

Monday 16 February 2009

Rejeki Tak Kemana

Inilah yang dapat kupetik hari ini.

Semua ini berawal dari hari Sabtu. Hari dimana aku mulai terserang flu. aku pun mulai mengkonsumsi obat-obatan itu. Guna mengurangi rasa sakitku.

Hari Sabtu kupakai Sanaflu. Syukurlah, tak menyebabkan rasa kantuk, tapi aku mulai malas bekerja. OT sekedarnya. Ga maksimal rasanya. Ditambah tarian -tarian di lantai dua. Sebagai latihan untuk acara ulang tahun PT yang entah ke berapa. Membuatku ingin pulang secepatnya.

Sampai di rumah, badan rasanya mati rasa. Tak tau mau ngerjain apa. Padahal besok aku ada acara. Pernikahan seorang sahabat di Batu Aji sana. Sebutir Sanaflu kutenggak tak bersisa (yaiyalah, kan sekali hap). Berharap besok ku kan baik-baik saja.

Esoknya, badan linglung tapi sudah lumayan rasanya. Dengan tingkat pede yang tinggi ku berangkat menuju rumahnya. Tanpa persiapan obat-obatan bila tiba-tiba sakit kepala menyerang. Maklum, belum sembuh benar. Alhamdulillah, acara berjalan lancar hingga sorenya. Tapi kepala mulai berat terasa. Syukurlah ada balsem penghangat raga. Walo hanya mampu bertahan sebentar sahaja.

Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja. Karena sudah tak tertahankan rasa sakitnya. Takut kalo pingsan di jalan, siapa yang akan ngantar sampai Taman Raya? Kamera kesayangan kutinggalkan begitu saja. Kalaulah jodoh pasti kembali bersua. Toh, tinggal di rumah Tuti nya (kalau di-bahasa Minang-kan jadi: Kan tingga di rumah Tuti nyoh). Lalu di perjalanan pulang kubeli Inza. Moga-moga dapat meredakan sakit kepala.

Seninnya...

Eh, ternyata Tuti cuti pula. Baterai kameranya masih sama Ima. Ah, sudahlah, insyaAllah Tuti masuk hari Selasa. Begitulah kita baru sampai dua pertiga cerita.

Ima sempatkan minum sebutir lagi Inza. Supaya tidak menyebabkan hal yang tidak diinginkan nantinya. Berhubung Senin waktunya shipment barang ke Singapura. Cuman, jeleknya. Syaraf otak ima jadi agak bebal rasanya (apa mungkin dari dulu udah bebal yah? Hmmm)

Sorenya, ima ke Panbil ketemu Nanda. Jalan-jalan cari kado, ketemu rok hitam, kepikiran beli buat acara Ultah PT Surya. Berhubung dah maghrib Nanda tinggalkan ima dan dia ke Musholla. Mungkin teguran dari Allah juga. Sekalipun libur shalat ga baik belanja saat Maghrib tiba. Karena ima meninggalkan barang berharga. Di kamar pas toko Zahara.

Begitu sampai di rumah Ni I, ima diberitahu berita ini. "Ima kehilangan HP ya hari ini?".
Itulah pertanyaan dari Ni I. Ima masih dengan santainya menjawab, "Ga ada di dalam tas ini." Begitu diperiksa, rupanya HP dah tak ada lagi. Syukurlah, penjaga toko baik hati. Dikembalikannya jua dengan senang hati. Kata orang itu pamali, bisa bikin rugi.

Alhamdulillah, barang berharga ima kembali ke tangan ima (walau sekarang, pukul 10:07 pm masih di tangan saudara sepupu ima yang di Batu Aji). Mana di dalam pocket yang ketinggalan itu ada Handphone, headsetnya, beserta baterai kamera 2t (maaf, T!)

Sunday 15 February 2009

Anak dari Anak-anak

Ini terinspirasi saat malam kemaren, aku nonton Channel News Asia dan liat topik seorang anak 13 tahun sudah jadi ayah! Berhubung nontonnya dah di akhir berita, aku pun cari di internet. Ketemu deh! Klik disini untuk melihat beritanya.

Ternyata pendidikan seks bebas yang diterapkan guna mengurangi tingkat aborsi maupun hamil di luar nikah ternyata tidak mampu mampu memberkan kontribusi.

Tingkat kehamilan dini di Inggris sana sangat tinggi. Pemerintah sana menggambarkan sekitar 39000 perempuan di bawah usia 18 tahun hamil pada tahun 2006, dan 7000 di antaranya di bawah usia 16 tahun.

Bagaimana dengan Indonesia?

Beberapa waktu lalu sempat diberitakan di televisi, anak usia 12 tahun sudah hamil (tapi dalam ikatan pernikahan), istrinya Syekh Puji.

Tapi kita juga tidak bisa menutup mata, berapa banyak anak di usia dini menjadi korban perkosaan. Bahkan ada juga yang terpaksa atau sengaja menjajakan keperawanannya karena tuntutan hidup yang lain (uang). Dan kebanyakan adalah anak-anak jalanan.

Kan ga lucu, anak-anak dah punya anak. Mereka yang seharusnya mikir untuk mengisi otak dengan ilmu, terpaksa mikirin dapet darimana ya uang buat beli susu.

Well, it's just an opinion. Toh ada juga anjuran untuk menikah dini.

Kalo dibilang, usia yang baik untuk melahirkan antara 20 sampai 28 tahun, bagaimanapun juga, banyak yang sanggup melahirkan di usia lebih muda dari itu.
Mungkin penetapan standar usia yang baik untuk melahirkan itu bertujuan agar generasi yang dilahirkan bisa menjadi generasi yang kuat, baik fisik maupun mental. Selain untuk menekan angka kelahiran bayi. Bayangkan, bila rata-rata manusia memiliki anak saat berumur 15 tahun, bumi bisa membludak. Gara-gara turnover rate yang tinggi, hehe.. (sok beristilah, padahal ga ngerti).

Begitulah, semoga jadi pembelajaran bagi kita. Anak kecil aja dah berani bikin keputusan jadi orangtua. Bukankan Dia pernah berkata, "... Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui."

Wednesday 11 February 2009

Sebongkah Es

Wuah... Dah lama rasanya tak posting di blog... Oleh karena itu perlu kiranya saya menyampaikan sesuatu yang sedikit berbobot, hehe...

Tadi siang, saya berbincang-bincang dengan rekan kerja, Pak Widodo namanya. Beliau menyampaikan sesuatu yang bermakna. Tentang sebongkah Es. Mungkin ini adalah filsafat dari para sufi atau penggalan hadits. Entahlah, ilmu saya tentang agama memang masih kurang.

Beginilah kisahnya...

Umur atau usia itu bagaikan sebongkah es. Kalau dibiarkan begitu saja, es itu akan habis. Tapi bila dimasukkan ke dalam minuman pelepas dahaga, dia juga akan habis. Tapi kelebihannya, dia bisa memberikan rasa sejuk bagi seseorang.

Begitulah. Kita bisa hidup tanpa mempedulikan siang malam, tapi berakhir dengan kehampaan. Dan alangkah indahnya hidup bila bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Karena usia yang kita pakai tidak habis dengan sia-sia.

Jadi ingat akan pekerjaanku. Bulan Maret nanti aku akan habis kontrak. Rencananya mau nyari kerjaan di tempat lain (biasa, gara-gara gaji ga memadai, hehe). Tapi ga ada lowongan yang asik (halaah... milih-milih). Jadi, aku sempat juga terpikir untuk menyambung kontrak.

Karena beberapa hari terakhir aku merasa dibutuhkan. Waktu pelatihan motivasi kemaren, trainernya bilang gitu. Kadang orang bekerja karena perasaan dibutuhkan. Jadi, merasa berguna bagi orang lain, bisa memberikan rasa nyaman yang berbeda.

Yah, mirip dengan filosofi sebongkah es, biar hidup tidak sia-sia...