Saturday 15 November 2008

Playing Safe

Dalam mendidik anak, kita harus memperhatikan akibat jangka panjang yang akan dialami oleh si anak. Eits, bahasannya kok jadi anak nih? Hmmmm...

Hehe, ini berkaitan dengan diskusi soal anak dengan teman-temanku. Bukan apa-apa. Kami selaku wanita, jika diizinkan Allah akan menjadi ibu dari anak-anak tho?

Dulu, waktu kuliah, aku pernah baca tentang mendidik anak. Tapi lupa kata-katanya. Hehe, lupa nyatat juga. Maklum, kemampuan menyimpan informasi di otakku ga bisa tahan lama. Mungkin termodifikasi sedikit: Kalau kita mendidik anak dengan keras, maka kita bukan mengajarnya menjadi anak penurut, tapi sebaliknya, dia jadi pembangkang. Kalau kita mendidik anak dengan memanjakannya dan cenderung over protektif, maka kita bukannya memberi kasih sayang, tapi mengekang kemampuannya untuk maju.

Penjelasan untuk yang pertama. Didikan keras itu memang cukup membantu, tapi jangan terlalu keras. Lebih baik keras yang membangun. Beri solusi bila mereka melakukan kesalahan. Hal ini akan membiasakan anak untuk mencari root cause masalah dan improvement yang bisa dilakukan nanti agar tidak terulang lagi.

Penjelasan untuk nomer dua. Kadang kita terlalu takut dan menjadi overprotektif terhadap anak, sehingga ada bagian dari dirinya yang seharusnya dia rasakan, tapi dengan sengaja kita hilangkan. Padahal, pelajaran paling berharga itu adalah pengalaman. Dan yang akan terpatri kuat, bila pengalaman itu adalah miliknya sendiri. Dia bisa merasakan secara langsung.

Over protektif ini, secara tidak langsung, membuat orang tua tidak percaya akan anaknya sendiri. Tema ini pernah diangkat ke layar lebar dengan judul "Chicken Little". Anak ayam yang tidak pernah dipercaya oleh ayahnya akan sesuatu membanggakan yang ada dalam diri anak ayam itu.

Kalau masalah didikan anak ini kita bawakan ke lingkungan kerja, akan sangat kurang beruntung bila memiliki bos yang overprotektif terhadap kita. Bos yang suka playing safe. Seperti yang telah diuraikan tadi, ini bukan berarti si bos sayang sama kita, tapi dia tidak percaya kalau kita bisa.

Saat kita membuat satu kesalahan, bos langsung memprotek kita dari project-project yang agak kritikal, biar ga bikin banyak kesalahan. Nah, ini sesuatu yang tidak benar. Bukankah manusia belajar dari kesalahan. Makin banyak kesalahan yang dibuatnya, makin banyak hal yang akan diketahui. Makin banyak pula solusi yang mungkin untuk diterapkan. Sekalipun akan membuat performansi dari si anak buah sedikit jelek. Bukankah Alva Edison menemukan lampu setelah ribuan kali gagal?

Tapi bila anak buah tersandung dua kali pada kesalahan yang sama, baru perlu ditindaklanjuti. Sepertinya anak ini kurang mengerti.

Begitulah... Leadership membutuhkan orang yang mampu melihat jauh ke depan. Saat memiliki anak buah, akankah sang pemimpin merasa anak buah sebagai ancaman? Atau mampukah dia memanfaatkan kemampuan yang dimiliki anak buah dengan terus mengeksplorasi si anak buah ke arah positif?

Berani ambil resiko, itulah kuncinya.

Tapi, like father like son. Like 'bos' like 'anak buah'. Sepertinya aku juga akan playing safe bila dihadapkan pertanyaan, "Akankah kamu menyambung kontrak kerja?".

Islam, Wanita

Islam adalah agama yang diturunkan dari langit dan disampaikan oleh Rasulullah, Muhammad SAW. Islam juga agama yang membawa keselamatan hidup dunia dan akhirat. Salah satunya adalah dalam menjaga aurat.

Wanita diperintahkan untuk menjaga aurat dengan menutupnya. Sehingga, tidak ada mata yang jelalatan memperhatikan dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Tapi anehnya, wanita jaman sekarang merasa itu adalah pengekangan. Tubuh bagus kok ditutupi? Kata mereka. Mungkin itu adalah segelintir hasutan setan yang terkutuk.

Malah ada yang merasa bangga bila dibilang sexy, montok, dan lain-lain. Kok ya rasanya vulgar kalo disebutkan? Dan parahnya lagi, ada yang merasa bangga bila tubuh yang sengaja dipamerkan itu digerayangi oleh tangan-tangan usil tak bertanggung jawab. Tapi liat dulu tangan siapa. Kalo tangan rakyat jelata, mereka akan bilang, "Ogah!". Tapi kalo tangan bos atau pejabat negara (baca: orang berduit, red), mereka akan dengan senang hati menyosorkan badannya. Tapi bagaimana kalo sedang apes? Akhirnya diperkosa oleh rakyat jelata?

Astaghfirullah! Naudzubillah min dzalik! Ada apa dengan wanita? Ada apa dengan wanita Indonesia? Sebegitu murahnyakah harga diri kita?

Namun, di sisi lain, kita seharusnya mengerti fungsi agama. Penuntun kita ke jalan yang benar. Jalan yang penuh kedamaian dan keselamatan. Semoga kita selalu diberi petunjuk dan hidayah oleh Allah SWT. Kita selalu diingatkan akan hari akhirat nanti... Amiin...

Cool, Calm, Confident

Bagaimana kamu menghadapi sebuah masalah? Dengan cool, calm, confident-kah?

Masalah itu, bisa dibagi atas tiga golongan. Masalah kecil, sedang, atau besar. Mungkin bisa dibagi lebih detail lagi. Masalah sangat kecil, agak kecil, kecil, sedikit lebih besar dari kecil tapi lebih kecil dari sangat sedang, dst... (kalo dilanjutain malah ga selesai-selesai).

Klasifikasi masalah tersebut tidak baku. Karena, ada sebuah masalah yang menurut seseorang kecil, tapi bagi orang lain buesaaarrr.

Dalam menyikapinya pun, orang akan memiliki cara yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu individu saja, memiliki bermacam cara dalam menghadapi masalah. Kadang dia terlihat kalem ketika dihadapkan sebuah masalah, di lain waktu dia menjadi kalap. Mengapa? Banyak faktor yang berperan. Faktor internal maupun eksternal.

Misalnya, menghilangkan IC (sebuah komponen elektronik). Hmmm, ada yang bisa nebak pengalaman siapa? Mungkin ini adalah masalah yang sedikit lebih besar dari mesalah kecil tapi lebih kecil dari masalah sedang. Tapi, bagiku, ini masalah buesaaarrrr. Karena, jumlah IC yang ilang ada 25 pcs. Jumlah yang diperlukan untuk membuat satu order produk. Sisa yang ada di store hanya 5 biji saja.

Rasa bersalah yang berkolaborasi dengan trauma membuat aku panik luar biasa. Trauma? Ya, ini adalah 'teman' dari produk yang gagal aku inspeksi dengan baik. Baru kemaren diceramahi abis-abisan sama GM, eh, malah bikin masalah baru. Kepercayaan orang satu PT kepadaku sedang dipertaruhkan! Begitulah kira-kira hatiku membatin.

Aku masih ingat kata-kata GM saat itu. Beliau berkata, "Orang Jepang itu sebenarnya tidak smart. Tapi mereka memiliki good attitude. Saat membuat kesalahan, mereka akan feel bad."

Nah, dari sana aku mencerna, Jepang memiliki budaya maaf dan budaya terima kasih. Mereka menghargai kata maaf. Beda dengan orang Indonesia, setidaknya di PT ku. Saat ada yang bilang maaf, dia akan dibantai abis-abisan. Hal ini, lama kelamaan, membuat orang selalu berkilah bila berbuat salah. Itulah yang dikatakan bad attitude.

Tapi dalam menyikapi rasa bersalah ataupun feel bad itu perlu penangan yang baik juga, kata temanku. Jangan langsung panik. Yah, itu kan teorinya. Prakteknya, akan berbeda masing-masing individu. Apalagi ditambah faktor X seperti trauma, hehe... *ngeles...

Panik merupakan perintah yang refleks kita lakukan saat itu setelah mendapat kejutan masalah. Seperti di pelajaran biologi, gerak refleks itu tidak sampai ke otak, dia hanya sampai ke sum-sum tulang belakang. Misal, kita nginjak paku, saraf kaki akan menyampaikannya ke otak, tapi sebelumnya singgah dulu ke sum-sum tulang belakang. Mungkin saraf itu mau nanya, apa antisipasi cepat untuk masalah ini. Nah, sum-sum tulang belakang dengan cepat memerintahkan saraf motorik untuk bekerja. Kita pun ngangkat kaki. Itu terjadi tidak lebih dari satu detik dalam kondisi normal. Sementara itu, sinyal dari saraf di kaki sampai juga ke otak. Otak akan mencerna informasi yang datang dan memberikan perintah macam-macam ke tubuh. Seperti rasa sakit di bagian yang kena paku, mata berair, mulut bergetar, pita suara mengeluarkan raungan sakit, AUUUUUWWWW.

Begitu juga halnya dengan panik. Informasi tidak cepat sampai ke otak untuk dicerna, tubuh refleks langsung bergerak. Kalau dompetnya ilang, langsung bergerak nyari-nyari. Namun, gerak refleks menghadapi masalah tidak akan selalu sama sepanjang hidup seseorang. Karena hidup itu penuh dengan pembelajaran. Kejutan-kejutan masalah yang timbul akan mampu dihadapi dengan tenang. Sesuai dengan tingkat kecerdasan emosi masing-masing.

Tuesday 11 November 2008

Small Thing for Something Big

Cinta
Begitu banyak dirimu bertebaran
Namun, bila hati telah membuat keputusan
Untuk memilih satu dari miliaran
sekalipun dirimu di hadapan
tak kunjung mata kepala melihatnya


Itulah mata kepala. Dia melihat apa yang ingin dilihat. Dan inilah yang terjadi. Aku merasa tak berguna sama sekali. Duh, kok jadi puitis gini?
Beberapa bulan yang lalu, aku begitu gembira mendapatkan project baru.
Hati dan jiwa telah kuberikan (sedikiiit) untuk project ini.
Tapi apa yang telah kulakukan?
Aku membuat kesalahan.
Kesalahan paling memalukan.
Bagaimana bisa konektor 'male' dan 'female' ga bisa dibedakan?
Bagaimana bisa?
Bagaimana pembaca bisa ngerti kalo ga dijelaskan secara detail? Hehe, baiklah. Begini ceritanya...

Pada suatu hari sebuah model dari project yang kunantikan dijalankan di lantai produksi. Kami jalankan produk itu tanpa melihat sample board yang diberi oleh customer. Berhubung, sample board tersebut ga tau ada di mana. Katanya sih, sama orang Testing, untuk dibuat program test mesinnya. Tapi, entah kenapa, sample board itu tak ada di sana juga. Jadilah kami tetap jalan apa adanya. Toh, cuma model yang berisi konektor doang.

Itulah kesalahan terbesar dalam hidup seseorang. Saat dia meremehkan hal terkecil. Semuanya, baik inspector, visual operator, bahkan QA Engineernya sendiri hanya fokus pada solderability dari konektor. FOKUS untuk melihat SOLDERABILITY. Hingga tak bisa melihat keganjilan yang terjadi pada board yang dijalankan produksi.

Seharusnya, dalam satu board ada konektor 'male' dan 'female'. Ada yang tidak mengerti dengan istilah tersebut? Abaikan saja. Pokoknya, konektor 'male' dan 'female' itu benar-benar kasat mata. Dia jelas dan terang-terangan BERBEDA penampang depannya. Tapi, itu jugalah kelemahan mata kepala. Mereka hanya melihat apa yang ingin dilihat. Yang ingin dilihat adalah solderability, short-kah? atau crack-kah? Tak ada yang memperhatikan bahwa dalam satu board ada konektor 'male' dan 'male', ada juga yang 'female' sesama 'female'. Padahal, mereka mudah sekali dibedakan. Hanya dengan satu tarikan pandangan.

Bagaikan melihat cinta bukan?

Ah... Gara-gara meremehkan hal kecil, timbullah masalah besar. Hingga satu departemen Quality dianggap tiada dari PT. Gara-gara orang kecil.
Hhhh... Cobaan...

I am happy, i'm feeling glad
I got sunshine in a bag
I'm useless but not for long
the future is coming on, is coming on
- Clint Eastwood, by Gorillaz -

>> semoga, amiiin...

Sunday 2 November 2008

My Little Adventure

Seorang seniorku dulu, waktu OSPEK kuliah pernah bilang, "Kebersamaan itu penting, tapi jangan dibiasakan."
Maksudnya begini, bila kita telah terbiasa untuk bersama dengan seseorang, akan ada rasa canggung bila teman kita itu tak ada.

Itulah yang terjadi hari ini.

Minggu, adalah jadwal untuk melelah-lelahkan diri, hehe. Aseli! Ima rasanya ga punya waktu untuk istirahat lagi. Tapi, ini cukup menyenangkan. Karena kita tidak akan tahu masa depan itu seperti apa. Selagi bisa, lakukan yang mungkin kita lakukan. Misalnya, kegiatan FLP Batamindo.
Tiap Minggu pagi, kami ke sekre untuk menggesa proyek antologi cerpen karya penulis FLP Batamindo. Hehe, maunya sih best seller...

Entah karena nasib atau apa, aku, sejak kerja praktek di PT Surya Teknologi, jadi selalu bareng 2t ke mana-mana. Kalo PT ngadain acara, panitianya ada ima en 2t. Kalo PT ada majelis ta'limnya, pengurusnya ada 2t en ima. Kalo ima punya kegiatan karang taruna (FLP Batamindo), ada 2t juga yang menemani. Hanya kemaren saja ima lagi untung atau 2t yang lagi sial, dia ga kebagian tempat untuk berada dalam team lomba IQC.

Okeh, kembali ke topik. Hari ini, Minggu, 2 November 2008, ima terpaksa datang sendiri ke FLP. Tanpa 2t! Berhubung 2t masih atit! Yang paling parah tenggorokannya. Kemaren suaranya dah berubah (akil baligh mungkin, loh!?). Ada cerita seru di FLP. Baca aja di sini >>

Setelah kegiatan FLP, kebetulan, hari ini ada Kajian Islam Rutin yang dibikin oleh RISTEK. Sebagai pengurus RISTEK, ima harus datang. Lagipula pemateri adalah orang yang ima kenal. Takut kalo-kalo beliau tersesat di dormitory. Hanya saja acaranya pukul 16.00 WIB. Sedangkan acara FLPnya udah selesai pukul 12.30 WIB. Trus ima gimana lage neeeh?!?!? Ga ada temen!

Okeh, pertama dan utama sekali marilah bersholat. Ima numpang di motornya Fitri (anak SMA bo!) dan turun di NurIs (Nurul Islam, sebuah masjid di Batamindo). Selesai sholat gemana lage neeeh!?!?! Ima bingung, baca Qur'an dulu, siapa tau dapet inspirasi. Ternyata ga konsentrasi. Nelpon2 deh.

Pertama, Eki. "Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah.." Tit! Diputus paksa oleh ima. Telepon 2t, tut..tut...tut... jawab dong... kata hape, tapi ga ada yang angkat. Hhhh.... Aku pun telepon Alik, dia malah nyaranin tidur di Mushola Panbil ajah, yaaah.... Tak ada harapan dapat teman, ima pun bergegas meninggalkan masjid dan menuju Plaza Batamindo. Rencananya mau makan, tapi bingung di mana. Ga enak makan sendiri.

Sampai di plaza....
Ambil uang di ATM, hehe, rencana berubah. Beli gamis idaman bulan lalu, hehehehehehehe.... Selagi ada uangnya, hehehehehehe.... Ternyata mahal bo! Tapi berhubung takut diembat orang, hajar! Ahh... melayang deh duitku....

Next stop, Panbil! Ampyun! Mentang2 bulan baru! Makan batagor dan minum teh obeng. Main ke Ramayana. Beli kaus oblong. Keringatan bo! Baju kaus dalamku dah mulai bau! Tadi lupa bawa baju ganti. *ups... tidak ada maksud penyombongan diri neeeh...*

Trus, tas mulai terasa berat. Angkutan tas: Buku tebal tapi menarik untuk dipinjamkan ke Eki sepupuku, Al Qur'an Suci, payung seberat 1 kg (ga tau kenapa bisa berat gitu), kamera, dompet, uang logam seratusan, limaratusan hasil pengumpulan infak, baju gamis idaman, dan bakal ditambah sama kaos keringatan nanti. Akhirnya aku putuskan, beli tas baru! Tas punggung! *lagi... ga ada maksud apa-apa....*

Masih jam 14.15 WIB. Aku langsung teringat, World Kick Off di antv! Buru-buru SMS Pak Wahyudi, berharap ga ada orang di sekre FLP (di sana ada tipi!). Pucuk dicinta, ulam tiba. Sekre kosong orang! Aku pun langsung setengah berlari ke sana. Di perjalanan, aku dicegat orang jual krem jerawat (ugh! sejak kegiatan bejibun gini, mukaku jadi hancur, komedo di sekitar idung, jerawat sekitar pipi). Aku tarik aja brosurnya, eh, penjaganya narik balik. Kaget! Loh, ya udah, aku lepaskan brosur, dia ngoles krem ke tanganku. Aku cuman manggut-manggut. Lalu, dia malah narik tanganku ke kios kecilnya. Langsung aku tarik balik tanganku seperti dia narik brosurnya. "Saya buru-buru," ujarku singkat dan berlalu.

Masih setengah berlari, kukejar ojekan di pinggir simpang APB ya namanya? Kami melaju ke dormitory. Begitu nyampe di sekre, kucari channel antv. Malang tak dapat ditolak, channelnya ga ada ......

Hhh.... daripada bengong, aku nonton avatar sambil tiduran. Enak ga ada orang, serasa di rumah sendiri. Sekalipun ada juga rasa was-was, jangan2 ada yang muncul tiba2.. Hiiii....

Waktu Ashar datang, syukur aja di sekre ada mukena. Aku shalat dan bersiap ke R40, 4-6. Kajian tafsir harus ada pengurus RISTEKnya! Dan itu, aku!

Begitulah, petualangan kecilku
Tanpa sahabat imutku
Mengakibatkan uang di dompetku,
ludes tak tentu...

Mau Narsis Ah...

Sudah lama mau bikin postingan ini, tapi lupa download foto-fotonya, hehe..
Lebih jelas tentang BIP: IQC, klik di sini >>.

Alhamdulillah, pertama kali ikutan lomba IQC, timku dapet Gold! Kata Pak Wahyudi, hampir sampe ke peringkat Star (peringkat tertinggi). Jatuhnya mungkin di Diagram Pareto kami yang tidak seperti Diagram Pareto sesungguhnya. Tapi aku dah coba-coba di Excel, belum ketemu grafik dengan settingan yang pas untuk dikatakan sebagai diagram pareto.

Berikut foto-foto nya:

1. Ini adalah Tim Challenger (aku yang pake jilbab)



2. Ini Trophy Penghargaan, keren ga?



3. Dan ini adalah sertifikat buat aku, katanya laku juga buat cari kerja...

Tuh Kan...

Hhhhh.... Telah terjadi sebuah kekalahan saudara-saudara.. Totteringham menjegal langkah Liverpool untuk tetap berada di pemuncak klasemen sementara.

Hhhhh....


Sumber: ESPNsoccernet.com

Saturday 1 November 2008

Ternyata...

Ternyata, Kerajaan Inggris dimotori oleh penyihir! Para penyihir ini mampu memanggil jin-jin dari segala level (tergantung stamina si penyihir). Kalo di Indonesia, namanya dukun.

Dan parahnya lagi, sekelompok penyihir haus kuasa ingin menggulingkan pemerintahan. Kelompok penyihir tersebut dipimpin oleh Simon Lovelace (atau Loveless?).

Pertanyaan, darimanakah penyihir-penyihir ini (atau dukun?)? Bagaimana pemerintah Inggris menutupi akan keberadaan para penyihir dari dunia luas?

Padahal, pemerintah Inggris, tepatnya pihak Kementrian, biasanya memuat iklan di surat kabar, bahwa bagi orang tua yang mau memberikan anaknya yang berumur 5 tahun menjadi abdi negara, maka akan diberikan sejumlah uang sebagai pengganti. Jumlah uang tersebut tidak sedikit. Namun, akibat bagi si anak adalah rasa sakit. Yah, rasa sakit hati walo sebentar. Karena tak lama (setelah bertahun-tahun) si anak akan melupakan keberadaan orang tua kandungnya.

Satu hal yang menjadi pantangan bagi penyihir adalah menyebutkan nama lahirnya. Karena bisa membahayakan keselamatan si penyihir bila musuh sesama penyihir atau pun jin kelas berat yang akan dipanggil mengetahui (biasanya jin tidak suka menjadi budak, kalau dipanggil penyihir, berarti dia akan menuruti semua keinginan penyihir suka atau tidak suka). Mantera apa pun yang dirapalkan pada musuh yang mengetahui nama lahir akan menyerang balik bila musuh menyebutkan nama lahir penyihir. Bingung? Cobalah mengerti... (hehe)

Misalnya aku dukun, eh, penyihir. Nama lahirku ilma. Saat aku mau memberikan mantera kutukan ke lawan, si lawan hanya dengan menyebutkan nama lahirku, mantera tersebut mental ke aku. Gitu.... Beda dengan cerita khayalan Harry Potter yang nama lahirnya diumbar ke sana kemari. Rahasia penggunaan jin pun tidak dibeberkan di buku karangan J.K. Rowling itu.

Kemudian ada seorang bocah 12 tahun yang amat berbakat, namanya John Mandrake (bukan nama lahir tentu saja). Dia di usia sekecil itu telah berhasil memanggil jin level 14, Bartimaeus yang hidup di zaman Sumeria kuno. Awalnya, dia hanya ingin membalas dendam kepada Simon Lovelace yang telah mempermalukan dia di depan umum, namun berujung pada kematian guru sihirnya beserta istri sang guru yang amat dia sayangi. (Para penyihir diajari secara privat oleh penyihir senior yang ditunjuk oleh Kementrian sejak berumur 5 tahun, beda dengan Harry Potter yang ada sekolah sihirnya)

Begitulah, kudeta yang direncanakan Simon Lovelace berhasil digagalkan oleh John beserta jinnya, Bartimeus. Bila ingin baca detail ceritanya, bacalah buku Bartimaeus Trilogy The Amulet of Samarkand, hehe.. Secara keseluruhan, buku ini bagus.

Hiii... covernya serem. Aku butuh satu bulan untuk membiasakan diri agar bisa baca novelnya

Jonathan Stroud menggabungkan dua sudut pandang, orang pertama (Bartimaeus) dan orang ketiga (John, kalian akan mengetahui nama lahirnya di buku ini) dengan cara yang tidak bikin pusing. Dia memanfaatkan footnote tidak hanya sebagi penjelasan terhadap istilah, tapi juga perasaan si aku, atau deskripsi dari suatu situasi (biasanya footnote ada di sudut pandang aku).

Misal di hal. 240: Suaranya seperti gelas pecah dalam ember es.
Penjelasan di footnote: Amat sangat tajam. Dan dingin. Takkan ada yang bisa bilang aku tidak berusaha keras mendeskripsikan segala sesuatu padamu.

Ada lagi di hal. 485: Aku menjejakkan kaki dengan tegak di tanah yang kupijak.
Penjelasan di footnote: Atau udara, sebenarnya, Kami kira-kira berada enam meter di atas tanah.

Ceritanya lucu (bagiku), karena si Bartimaeus itu narsis! Belum duet Bartimaues dan John yang seperti sepasanag pelawak. John tidak seperti majikan bagi Bartimaues (mungkin karena harga diri, masa' jin terkenal jadi budak anak kecil?).
Tapi sayang, endingnya kurang seru. Saat John berhasil merapalkan mantera pembebasan sebuah jin yang sangat kuat (yang katanya susah dirapalkan, kalau salah satu huruf saja bisa berakibat fatal), saat membacanya, aku ga merasa efek yang gimanaaaaa gitu..
Oia, kredit untuk penerjemah juga perlu, Mba Poppy Damayanti Chusfani berhasil menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang mudah dimengerti, setidaknya untukku. Biasanya buku terjemahan bikin kening berkerut, bingung maksudnya apa dan menjadikan si buku tidak menarik sama sekali.

Moral cerita: Anak kecil kadang jauh lebih hebat dari orang dewasa. Bisa kita liat saat ini. Malah banyak orang yang merasa dirinya dewasa berlaku kekanak-kanakan. Contohnya, orang yang duduk di kursi pemerintahan. Main rebut-rebutan kursi, bukankah itu tingkah anak-anak?

Peringatan: Jangan pernah mendamba ingin menjadi John, karena, dia memakai jin. Jin itu bagi John adalah pelindung. Bagi kita umat Islam, hanya Allah lah Sang Pelindung. Sejak kematian guru sihirnya, jin menyediakan makanan dan pakaian serta tiket kereta untuk John dengan mencuri. Ingatlah, hati-hati dengan apa yang kita ganjalkan ke perut, harus HALAL. Baik kandungannya, maupun cara mendapatkannya.

My First Experience

Huwaaaa...

Inilah kali pertama aku membunuh! Berikut detailnya:

Korban: Komputer 2t
Tempat: Rumah 2t
Pukul: siang lewat tengah hari
Akibat dari pembunuhan: Microsoft office meregang nyawa hingga mati

Kronologis peristiwa:

Pada tengah hari, ima dan 2t pulang kerja. Mereka langsung menuju TKP. Jantung si ima (aku) berdebar-debar (ya, wajarlah, namanya orang hidup). Karena ini adalah kali pertama dia membedah sebuah komputer. Kata si 2t, koputernya terjangkit virus yang cukup mengganggu kinerja si komputer. Demi menghilangkan si virus itulah, si ima menawarkan bantuan.
Sebenarnya si ima belum pernah memformat atau menginstall ulang sebuah komputer. Jadi ini adalah FA Run (istilah di PT untuk model yang pertama kali diproduksi) bagi ima.
Menit-menit pertama, semua berjalan lancar dan aman. Menit-menit berikutnya, mulai banyak pertanyaan dari si komputer. Dan ternyata berhasil! Si virus tidak muncul lagi!

Tapi, sayang. Ternyata tidak hanya virus yang ilang, microsoft officenya juga lenyap tak bersisa. Selain itu ada kecelakaan kecil yang dibuat si ima. Drive systemnya berubah dari C: ke D:*
*untuk yang tidak mengerti, hiraukan saja istilah-istilah tersebut.

Wah, si ima menjadi gugup dan akhirnya meninggalkan TKP dengan tergesa-gesa karena hampir maghrib (takut kemalaman).
Begitu sampai di rumah. Adzan Maghrib berkumandang. Ima lupa menunaikan sholat Maghrib sesegera mungkin, karena masih bertanya-tanya, benarkah format ulang tidak akan menghilangkan program MS Office? Akhirnya tak lama berselang, Bang Dedi, suaminya Ni I datang. Segera ima menyemburkan pertanyaan yang berlari-lari kecapean di pikirannya.

Ima: (dengan muka penuh kecemasan) Bang Dedi, kalau install ulang MS officenya ilang juga ga?

Bang Dedi: (lagi buka sepatu) Install ulang? Ya iyalah. Kan di awal udah dibilang, kalau program-program yang sudah di install bakalan ilang.

Ima: (sedikit lega) Bang Dedi punya master MS Office?

Bang Dedi: (mengelap keringat) Kan kemarin dipinjam Aci

Ima: (kecewa) Ga ada yang lain?

Bang Dedi: (masuk ke rumah) Kalau ga salah masih ada yang lain. Tapi ga tau versi berapa.
Lalu Bang Dedi ngacak-ngacak kotak CD/DVD yang dia punya. Akhirnya dia mengambil salah satu dari sekian banyak CD.

Bang Dedi: (sambil menyerahkan CD) Coba yang ini, kalau ga salah versi 2000 sih. Tapi liat sajalah dulu.

Ima terbirit-birit menuju komputer dan menyalakannya. Setelah berberapa menit (maklum, program di dalam system bikin komputer lamban), ternyata Office 2000. Ga tau 2t mau apa tidak.

Lalu, ima menepuk dahinya. Bukan karena ada nyamuk yang menghisap darahnya. Tapi karena dia belum sholat Maghrib. Buru-buru dia ke kamar mandi yang berjarak cuma tiga langkah dari kamar tidurnya. Selesai sholat, dia menelpon 2t yang suaranya mulai seksi (serak-serak basah). Ternyata 2t setuju dengan versi 2000. Yah, lebih baik daripada tidak sama sekali.

Begitulah pengalaman saya dalam install ulang komputer. Banyak yang musti dipersiapkan, software ini itu. MS Office ternyata bukan software bawaan. Tapi itu menurut Bang Dedi. Karena menurut Pak Mufid, bisa diatur...