Tuesday, 12 August 2008

Andrea Hirata

Pribahasa klasik mengatakan:


Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali

Sebuah pembenaran yang sering digunakan oleh para pengikut 'jam karet' atau alasan jitu yang disampaikan oleh murid bandel tukang ngeles ke guru piket saat telat sampe ke sekolah yang kemudian dihadiahi lari keliling lapangan, mungut sampah, atau bahkan bersihin toilet sekolah.

Dan itu jugalah yang ingin aku sampaikan di sini, huehehe... (karena termasuk pengikut jam karet atau ternyata murid bandel tukang ngeles? Hmmm.....)

Bagi para kutu buku (bukan dalam arti sebenarnya yang berwujud binatang kecil, licin, hobi makan kertas), nama Andrea Hirata pastilah sudah tidak asing lagi.

Sedangkan bagi aku, iLma, seorang yang masih mencoba menapak di dunia maya sebagai seorang blogger yang tak kunjung jadi, dan pemula dalam dunia seni tulis menulis, dia masih berumur 4 bulan, hehe.. Karena aku kenal nama ini baru sekitar 4 bulan. Saat bukunya sudah terlalu lama meledak-ledak seantero nusantara hingga sekarang cuman ninggalin asap doang.


Tetralogi Laskar Pelangi: autobiography dalam bentuk lain

Cover buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi
Aku baru saja menyelesaikan baca buku Sang Pemimpi. Asli! Aku kagum banget dengan cara dia menyampaikan suatu gagasan, pikiran. Padahal, hampir 87% isi buku adalah paragraf deskripsi yang di buku Sherlock Holmes ala Mitch Cullin begitu aku benci. Mungkin hal ini karena persamaan budaya atau mudahnya aku membayangkan hal/sesuatu yang ingin dia sampaikan. Sedangkan Cullin, dia memiliki kata/istilah suatu benda atau tempat yang membuat aku berpikir keras seperti apa bentuknya.

Buku ini sanggup bikin aku ketawa terpingkal-pingkal minimal senyum-senyum manis padahal hanya karena situasi sederhana tapi begitu menggelitik. Membaca bukunya, membuat aku melihat sebuah filem tentang anak Melayu yang suka bekerja keras menggapai mimpi yang seakan-akan tidak mungkin untuk diwujudkan hanya dengan bekal keyakinan pada Sang Khalik.
Di bab lain malah bikin aku menangis tergugu hanya karena beliau menceritakan tentang sosok ayah. Soalnya, secara tidak langsung mengingatkan aku akan papa. Salah seorang yang akan membuat aku menangis hingga mata sembap hanya karena mengingat beliau.
Sepertinya, Andrea membuat catatan hidupnya dalam bentuk kisah novel. Seolah-olah dia sedang menulis diary tentang apa yang dia lalui setiap hari, mulai dari saat beliau SD.

Banyak hal yang bisa kita temui dalam buku ini, mungkin di buku-bukunya yang lain. Okeh, aku tidak menyarankan ataupun memaksa yang membaca postingan ini untuk beli atau bahkan mengerahkan segenap usaha minjam hanya sekedar pengen membaca buku ini mulai dari merayu dengan jurus rayuan gombal hingga rayuan pulau kelapa atau dengan cara sadis seperti mutilasi nya "ryan". Wupss.. Kok malah nimbulin ide yang bukan-bukan?

Ada satu kata yang semoga sanggup menceritakan seperti apa buku-buku yang dilahirkan dari tangan hangat sang ekonom (kalo dari tangan dingin, berarti udah koit dong! hehe), yakni: Canggih!

6 comments:

Mas Hery said...

tinggal nunggu nih buku terakhir di tetraloginya ya..mariam karpov...(salah kali ya nulisnya?)

Wahyudi said...

Resensinya OK juga tuh!!
Buku ke empat Tetralogi Laskar Pelangi is Maria Karpov..

Wahyudi said...

Sorry, maksudnya Maryamah Karpov..

iLma said...

He-eh, Maryamah Karpov..

Sepertinya bakalan booming lagi neeh... :D

Anonymous said...

assalamu'alaikum
misi ni...
pengemar andrea hirata ya ni???ntar klo buku ke empat dah terbit kabarin ya, klo perlu resensinya juga

iLma said...

Wa'alaikum salaam...
Ini Syahni TI03?
Pa kabar?
Insya Allah kalo bukunya bisa dapet, ntar bikin resensinya juga..