Wednesday 10 September 2008

Lapaaarrrr....

Woi.. woi... puasa!
Hehe, ini bukan lapar karena puasa, wuppssie..

Sudah dua orang yang menceritakan kepadaku, directly to my ears, betapa penuh perjuangannya mereka saat berada di bangku perkuliahan.

Pertama temanku, salah seorang dari The Writer 3 yang bergender perempuan. Dia menceritakan, pernah suatu kali uangnya habis hingga ga ada lagi tersisa untuk makan. Akhirnya, dengan menebalkan muka, dia pun pergi ke wisma teman. Hingga pernah suatu hari dia pun dicela, "Wah, kok kamu selalu datang tepat waktu ya? Kita mau makan nih..." Astaghfirullaah, kasian temanku itu, dia pun pulang dengan hati sedih, malu, tapi mau bagaimana lagi? Seharusnya yang malu itu bukan temanku, tapi orang yang mengucapkan kalimat pencelaan itulah yang malu. Bukankah sudah kewajiban dari tiap umatNya untuk saling menolong?


Kemudian, dia juga berjalan kaki dari Air Tawar, Padang Kota hingga ke Khatib Sulaiman (sekitar 5 km) dengan tujuan Bank Rakyat Indonesia, untuk mengecek, apakah uang kiriman sudah datang apa belum. Dan apa yang dia dapat? Ternyata belom nyampe, masya Allaah. Terpaksa dia balik ke kos annya dalam keadaan masih kere. Dia juga pernah jalan kaki dari Simpang Andalas ke Pasar Baru, yang perjalanannya mendaki. Pulang pun masih jalan kaki. Ya Allah, betapa kuat hati dan langkah temanku untuk mendapatkan gelar sarjana.

Kedua, ada juga cerita dari The Writer 3 yang laki-laki. Beliau juga pernah puasa ga makan selama 2 hari demi menghemat persediaan bahan makanan dia dan teman satu kamarnya. Dan ada juga kejadian yang sama, saat temannya mengambil ATM dengan jarak yang jauhnya sekitar 7 km dari tempat kos-kosan. Dan saat temannya yakin kalo uang kiriman dateng, dia lantas makan setengah dari persediaan makanan karena tak tahan lagi. Ternyata uang masih di awang-awang, belom datang. Tapi bantuan Allah memang nyata, bukan uang yang datang tapi makanan yang menghampiri. Ada orang baik hati yang mendengar bisik-bisik dua anak kuliahan yang lagi menahan lapar demi gelar akademi.

Lalu bagaimana dengan nasib The Writer 3 yang lain? Yang tak bukan adalah iLma? Hhhhhh... dia adalah anak manja yang tak perlu bersusah payah memikirkan masalah uang dan makan. Berhubung iLma tinggal dengan keluarga dari papanya. Kalo uang kurang, pinjam punya saudara dulu, nanti papa yang lunasin. Malang benar nasib si iLma.

Karena orang yang mati-matian berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan akan terasa manis begitu hal yang diidamkan akhirnya berhasil diperoleh. Jerih payah rasanya terbayarkan...

2 comments:

Anonymous said...

oi..oi..saya datang lagi..hehehe..

hahahaa..kamu gak kekurangan uang juga harus disukuri bu'...ati2 diazab jadi gak bisa makan 10 hari 10 maleum...ngahahahaaaa....

mati2an berusaha buat dapet yang kita inginkan kan gak harus dengan cara kelaperan gak punya duid...hehehee..kamu kuliah serius juga bentuk dari usaha kan mak..hihihi..semoga qt bisa segera merasakan manis hasil jerih payah kita iaaah...

*kecoaksotoY...hihihi*

iLma said...

hiya slamat datang kembali..
ehm... bener juga ya 'wa (panggilan kecowa, hehe) Makasih karena diingatkan.

Oleh karena itu, marilah kita mengucapkan: alhamdulillaah, saya bersyukur waktu itu diberi rezki dari Allah..

;)