Saturday, 1 November 2008

Ternyata...

Ternyata, Kerajaan Inggris dimotori oleh penyihir! Para penyihir ini mampu memanggil jin-jin dari segala level (tergantung stamina si penyihir). Kalo di Indonesia, namanya dukun.

Dan parahnya lagi, sekelompok penyihir haus kuasa ingin menggulingkan pemerintahan. Kelompok penyihir tersebut dipimpin oleh Simon Lovelace (atau Loveless?).

Pertanyaan, darimanakah penyihir-penyihir ini (atau dukun?)? Bagaimana pemerintah Inggris menutupi akan keberadaan para penyihir dari dunia luas?

Padahal, pemerintah Inggris, tepatnya pihak Kementrian, biasanya memuat iklan di surat kabar, bahwa bagi orang tua yang mau memberikan anaknya yang berumur 5 tahun menjadi abdi negara, maka akan diberikan sejumlah uang sebagai pengganti. Jumlah uang tersebut tidak sedikit. Namun, akibat bagi si anak adalah rasa sakit. Yah, rasa sakit hati walo sebentar. Karena tak lama (setelah bertahun-tahun) si anak akan melupakan keberadaan orang tua kandungnya.

Satu hal yang menjadi pantangan bagi penyihir adalah menyebutkan nama lahirnya. Karena bisa membahayakan keselamatan si penyihir bila musuh sesama penyihir atau pun jin kelas berat yang akan dipanggil mengetahui (biasanya jin tidak suka menjadi budak, kalau dipanggil penyihir, berarti dia akan menuruti semua keinginan penyihir suka atau tidak suka). Mantera apa pun yang dirapalkan pada musuh yang mengetahui nama lahir akan menyerang balik bila musuh menyebutkan nama lahir penyihir. Bingung? Cobalah mengerti... (hehe)

Misalnya aku dukun, eh, penyihir. Nama lahirku ilma. Saat aku mau memberikan mantera kutukan ke lawan, si lawan hanya dengan menyebutkan nama lahirku, mantera tersebut mental ke aku. Gitu.... Beda dengan cerita khayalan Harry Potter yang nama lahirnya diumbar ke sana kemari. Rahasia penggunaan jin pun tidak dibeberkan di buku karangan J.K. Rowling itu.

Kemudian ada seorang bocah 12 tahun yang amat berbakat, namanya John Mandrake (bukan nama lahir tentu saja). Dia di usia sekecil itu telah berhasil memanggil jin level 14, Bartimaeus yang hidup di zaman Sumeria kuno. Awalnya, dia hanya ingin membalas dendam kepada Simon Lovelace yang telah mempermalukan dia di depan umum, namun berujung pada kematian guru sihirnya beserta istri sang guru yang amat dia sayangi. (Para penyihir diajari secara privat oleh penyihir senior yang ditunjuk oleh Kementrian sejak berumur 5 tahun, beda dengan Harry Potter yang ada sekolah sihirnya)

Begitulah, kudeta yang direncanakan Simon Lovelace berhasil digagalkan oleh John beserta jinnya, Bartimeus. Bila ingin baca detail ceritanya, bacalah buku Bartimaeus Trilogy The Amulet of Samarkand, hehe.. Secara keseluruhan, buku ini bagus.

Hiii... covernya serem. Aku butuh satu bulan untuk membiasakan diri agar bisa baca novelnya

Jonathan Stroud menggabungkan dua sudut pandang, orang pertama (Bartimaeus) dan orang ketiga (John, kalian akan mengetahui nama lahirnya di buku ini) dengan cara yang tidak bikin pusing. Dia memanfaatkan footnote tidak hanya sebagi penjelasan terhadap istilah, tapi juga perasaan si aku, atau deskripsi dari suatu situasi (biasanya footnote ada di sudut pandang aku).

Misal di hal. 240: Suaranya seperti gelas pecah dalam ember es.
Penjelasan di footnote: Amat sangat tajam. Dan dingin. Takkan ada yang bisa bilang aku tidak berusaha keras mendeskripsikan segala sesuatu padamu.

Ada lagi di hal. 485: Aku menjejakkan kaki dengan tegak di tanah yang kupijak.
Penjelasan di footnote: Atau udara, sebenarnya, Kami kira-kira berada enam meter di atas tanah.

Ceritanya lucu (bagiku), karena si Bartimaeus itu narsis! Belum duet Bartimaues dan John yang seperti sepasanag pelawak. John tidak seperti majikan bagi Bartimaues (mungkin karena harga diri, masa' jin terkenal jadi budak anak kecil?).
Tapi sayang, endingnya kurang seru. Saat John berhasil merapalkan mantera pembebasan sebuah jin yang sangat kuat (yang katanya susah dirapalkan, kalau salah satu huruf saja bisa berakibat fatal), saat membacanya, aku ga merasa efek yang gimanaaaaa gitu..
Oia, kredit untuk penerjemah juga perlu, Mba Poppy Damayanti Chusfani berhasil menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang mudah dimengerti, setidaknya untukku. Biasanya buku terjemahan bikin kening berkerut, bingung maksudnya apa dan menjadikan si buku tidak menarik sama sekali.

Moral cerita: Anak kecil kadang jauh lebih hebat dari orang dewasa. Bisa kita liat saat ini. Malah banyak orang yang merasa dirinya dewasa berlaku kekanak-kanakan. Contohnya, orang yang duduk di kursi pemerintahan. Main rebut-rebutan kursi, bukankah itu tingkah anak-anak?

Peringatan: Jangan pernah mendamba ingin menjadi John, karena, dia memakai jin. Jin itu bagi John adalah pelindung. Bagi kita umat Islam, hanya Allah lah Sang Pelindung. Sejak kematian guru sihirnya, jin menyediakan makanan dan pakaian serta tiket kereta untuk John dengan mencuri. Ingatlah, hati-hati dengan apa yang kita ganjalkan ke perut, harus HALAL. Baik kandungannya, maupun cara mendapatkannya.

No comments: