Tuesday 3 March 2009

Memasak dan Memotret

*Illustration by: wallco.net

Okeh, postingan ini mungkin rada ngaco dikit. But, hey! This is my blog. Terserah aku mau nulis apa kan? Hehe..

Dulu aku memiliki pemahaman bahwa memasak dan memotret adalah dua hal yang pada prinsipnya sama.

Hasil akhir dari dua kegiatan tersebut adalah sesuai dengan yang diinginkan pelaku. Jika kita memotret sekalipun hasilnya buram atau goyang atau aneh bin ajaib, asalkan itu sudah sesuai dengan selera kita, maka sebuah jepretan yang sepertinya reject akan berubah jadi acceptable.

Begitu juga halnya dengan memasak. Yang penting, hasil akhir dari sebuah acara masak memasak adalah sesuai dengan keinginan dari si koki.

Tapi setelah dipikirkan secara mendalam, sepertinya ada yang salah. Kalau kegiatan memotret sepertinya sah-sah saja bila hasil yang didapat disukai oleh sang fotografer tapi tidak disenangi masyarakat. Asalkan tidak melanggar nilai-nilai agama. Kecuali, bila si fotografer ingin mengkomersilkan hasil karyanya. Tentu saja dia harus mengetahui seperti apa keinginan pasar. Kemudian dengan kreatifitas yang dimilikinya, mengubah sesuatu yang tampak biasa jadi luar biasa.

Nah, kalo masak memasak, sekalipun tidak dikomersilkan, user memegang peranan penting. Jika koki sama dengan user, tidak masalah bila hasil masakan amburadul. Namun, bila ada pihak ketiga yang menjadi end user, akan menjadi sebuah masalah bila hasil masakan membuat selera makan hilang.

Begitulah... Saya sedang berusaha menjadi juru masak andalan. Hehe... :D

No comments: