Saturday, 16 February 2008

Complicated Thing

Kisah ini berawal dari obrolan siang rekan kerja di PT. Mereka iseng-iseng ngobrolin soal pernikahan. Auw! Hehe..
Aku ga tau siapa yang ngomong duluan, soalnya aku lagi konsentrasi penuh main game BOU. Tau-tau aku udah denger, "... bulan Januari, Mba Emi. Bulan ini Hariyati. Bulan depan, insya Allaah, Mba Yunita. Bulan April siapa yah? Oh, Mba Ilma!" kata salah seorang dari yang ngobrol.
Terang aja aku aminin dalam hati. Abis udah umur segene, belum nikah juga?

Sorenya, aku ngadu sama sobatku, 2t, tentang obrolan siang itu. Tiba-tiba dia inget, beberapa waktu yang lalu, dia bersama Nining, rekan kerja di kantor, sempat nanyain kepada seseorang tentang aku.. Trus, 2t nanya, "Gimana, kok ga di-follow up? Kick off nya kan udah Tuti bantuin..."
Aku cuman senyum miring aja, hehe. Abis, akhir dari kick offnya kayak apa? Ima bingung gimana nyambunginnya, apa yang mau ditanya, atau shooting langsung?
Ga mungkiiinnnn banget! Yang ima tau, terakhir seseorang itu cuma bilang, "Orangnya yang mana ya? Aku lupa-lupa ingat..."

Lagian, seseorang ini sekalipun titel terakhir D3, tapi dia udah kerja selama kira-kira tiga taon, yah, setaralah dengan S1 (menurut aku). Ini, sedikit banyak, bisa bikin dia jadi inceran para cewe2.
Mungkin, aku ngalamin yang namanya krisis pede. Tapi, itulah, mau narsis, ga tau apa yang mau dibanggain. Titel, yang cuman lulusan S1? Kerjaan, yang gajinya imut-imut? Tampang, yang cuman pas-pasan? Keturunan, yang cuman berasal dari keluarga susah? Iman, yang slalu naik turun ga karuan?

Sussaaahh...

Astaghfirrulloh, Ya Allaah, ampunilah hamba yang ga bersyukur atas nikmat yang kau beri ini...

Sebelum obrolan siang itu, saat makan siang bareng, 2t, juga sempat bilang rencananya untuk S2 ke Singapur atau Malaysia.
Nanda, temen satu kuliahan yang akhirnya kerja di PT yang sama dengan aku dan 2t, nimpalin, "Kok jauh banget sih Ti?"
"Mana jauh, toh bisa bolak balik dalam sehari, kan Tuti orang tuanya di Batam..."
"Trus gimana nikahnya? Kapan rencana Tuti?"
"Nah, itu dia, Tuti ke sana buat jemput jodoh Tuti. Mungkin aja, dia lagi nunggu di sana, tapi Tuti nya malah ga kemana-mana, gimana bisa ketemu? Gimana bisa nikah?"

Menjemput impian, eh, jodoh...

Sebenarnya, hidup ini punya banyak pilihan yang akan berakhir pada ending yang berbeda-beda. Menurutku, takdir kita juga kek itu. Apakah kita nanti mati diserempet kereta api, atau gerobak sampah? Mati kufur atau beriman? Itu depends on how we make choices in this life. Karena seperti yang sudah kukatakan tadi, setiap pilihan punya ending yang beda-beda.

Masalah rejeki, jodoh, dan mati udah digariskan saat pertama kali nyawa ditiupkan waktu kita masih di dalam rahim ibunda. Bukan berarti, seseorang yang miskin udah ditakdirin miskin selama hidupnya, atau ga ketemu jodoh bakalan jomblo seumur-umur, de el el.
Tapi, dalam takdir itu, mungkin neeh, ada beberapa pilihan yang bercabang-cabang dengan hasil yang ga sama.

Bisa aja seperti yang 2t bilang, jodohnya bukan di sini, tapi di luar negeri. Kalo aku sih, Allah itu punya banyak skenario buat mempertemukan kita dengan si Jodoh. Bisa saja bertemu tanpa sengaja, atau malah disengajakan, misalnya dijodohkan. Cuma, itu kembali dari persepsi kita masing-masing tentang takdir Allah terhadap kita. Nah, gimana caranya menginterpretasikan maksud pesan-pesan Allah saat Dia ngasih takdir ke kita ini, yang susah.

Ataw, si Jodoh yang berada di antah berantah itu, tiba-tiba dateng ke kita dari arah yang tak diduga-duga. Misalnya, dia mengadakan hubungan kerja sama dengan PT tempat kita kerja, tanpa disangka bertemu di saat yang tak terduga, tabrakan waktu mau ke toilet kali, trus saputangan kita jatuh, tapi kita pura-pura ga liat dan malah ngacir karena malu. Ga taunya di sapu tangan itu ada tulisan nama kita sama no HP, trus dia telpon, akhirnya temenan, dan jadian lewat pernikahan, hehe... Novel jaman kapan yah ceritanya kek ini?

Mungkin Allah SWT coba menguji kesabaran kita, hingga saat ini Dia belum mempertemukan dengan seseorang akhir dari benang merah kita. Soalnya, benangnya kepanjangan, jadi butuh waktu agak lama untuk akhirnya bertemu dengannya. (Ini versi orang yang sabar)

Kembali lagi dengan ayat Allah SWT, tentang "Tidak akan diubah keadaan suatu kaum kalo ga berusaha."
Jangan harap hujan emas datang hanya dengan duduk manis menunggu. Gitu juga dengan jodoh, kalo ga diusahain gimana bisa ketemu. (Ini versi orang yang ulet, gigih dan senang bekerja keras)

Tapi Allah juga punya kuasa atas segala sesuatu, dengan kata "Kun Fayakuun", hujan emas itu bisa kejadian juga kan? (Ini versi orang yang berbaik sangka pada Allah)

Nah, kamu versi yang mana? Hehe...

Mungkin kita musti instropeksi diri juga.
Kadang kita melihat terlalu jauh ke depan dan ga nyadar ada cinta tepat di depan mata
Kadang kita mengharap terlalu tinggi atau mengharap kesetaraan, namun, semoga kita ga menjadi angkuh karenanya

Seperti arham_kendari bilang,
Hidup terlalu singkat jika dilewatkan dengan pilihan yang salah
Tapi menurutku sebaliknya, hidup terlalu panjang dan melelahkan hingga pengen mati cepat kalo menghabiskannya dengan orang yang salah. Contohnya, kalo kita belajar pelajaran yang kita sebel, pasti lonceng/bel berakhirnya pelajaran bakalan terasa lama. Tapi kalo pelajaran favorit, waktu terasa terlalu cepat berlalu. Hehe...

Sudah ah, postingannya udah kepanjangan.

No comments: